Kisah Goenadi Mualaf Bontang (2); Belajar Salat dari Buku, Para Mualaf Bertukar Kado saat lebaran
Muhammad A. Goenadii a.k.a Acong tetap istiqomah menjadi seorang Mualaf. (Foto: Ikhwal) |
Kisah Goenadi Mualaf Bontang (2); Belajar Salat dari Buku, Para Mualaf Bertukar Kado saat lebaran - Banyak cara menuju ke Roma. Satu kalimat ini yang barangkali tengah dijalani Muhammad A. Goenadi. Pria Tionghah yang sudah berpuluh-puluh tahun hijrah dari agama sebelumnya ke Agama Islam.
Goenadi bersama puluhan mualaf lainnya sepakat untuk membentuk majelis taklim yang isinya adalah para mualaf. Di majelis ini juga, mereka saling bahu – membahu untuk belajar tentang Islam.
Sama halnya dengan pepatah, untuk mendapatkan yang baik rasanya diperlukan perjuangan yang ekstra. Ini juga yang tengah dilakukan Goenadi.
Ketua Majelis mualaf Bontang ini mengaku justru masih banyak yang tengah dihadapi para mualaf di Bontang. Salah satunya adalah pembinaan jamaahnya yang jauh dari kata maksimal. Banyak dari mereka yang justru saat ini belajar agama dan salat dari buku panduan.
Sebab, para jamaah yang didominasi kalangan menengah ke bawah tidak mampu untuk membayar pendakwah secara khusus mengajari mereka ilmu agama.
Ketua Majelis Nurhidayah Bontang Muhammad A. Goenadi mengatakan saat ini jamaah Nurhidayah mencapai 105 orang yang tersebar di tiga Kecamatan kota Bontang. Untuk pembinaan dia hanya mengharapkan peran ustad yang didatangkan oleh Baznas kota Bontang. Namun hal itu dianggap kurang pasalnya ustad hanya memberikan tausiyah dan ceramah agama. Sedangkan untuk praktek shalat dan mengaji, ia dan jamaahnya banyak belajar dari buku.
“Saya belajar shalat dan mengaji dari buku panduan, kadang anak saya membimbing juga,”katanya.
Acong- begitu sapaan akrabnya- mengungkapkan sejak 2005 silam membentuk majelis khusus untuk para mualaf, ia bersama beberapa jamaah berinisiatif membentuk lembaga untuk menampung para mualaf di Bontang. Dengan harapan mereka (Mualaf-red) dapat bimbingan agama dengan sesama mualaf lainya.
“Mereka terkadang malu, jika bersama dengan jamaah lainya bergabung, kan mereka belum tahu tentang syariat agama,”ujarnya
Dijelaskannya, mulanya jamaah terdiri 40an orang saja namun lambat laun jamaahnya bertambah, banyak dari mereka merupakan jamaah dari dua masjid besar di Bontang. Namun sejak program pendampingan oleh kedua masjid tidak ada mereka memutuskan untuk bergabung ke kami (majelis Nurhidayah-red).
Beberapa jamaah yang memutuskan menjadi mualaf karena ingin menikah dengan pasanganya yang beragama muslim. Namun diperjalanan mereka mendalami agama ini (islam-red) sehingga majelis berperan dalam hal pembinaan. Alhasil tidak sedikit dari mereka mendalami agama islam dengan baik dan benar.
“Alhamdulillah semakin hari jamaah terus meningkat,”tukasnya.
Saat ini pembinaan jamaah dilakukan seminggu sekali, tiap hari minggu majelis rutin mengadakan pengajian untuk ratusan anggotanya. Dari ustad yang didatangkan oleh baznas banyak jamaah mendapatkan ilmu baru mengenai agama. Acong mengapresiasi lagkah baznas yang telah membantu para jamaahnya memproleh pemahaman tentang islam. Namun ia berharap kedepan semua pihak yang terkait dapat mendukung mereka dalam mengenal ilmu agama dan mengaplikasikanya.
Ia menambahkan, setiap pengajian dia harus menjemput beberapa orang jamaahnya, karena mereka tidak memiliki biaya transportasi. Bahkan, sebelum Idul Fitri dia sengaja membeli bingkisan untuk para jamaahnya, sehingga para jamahnya dapat merayakan idul fitri seperti umat muslim pada umunya.
“Terkadang saya harus menjemput jamaah untuk mengikuti pengajian, karena mereka tidak punya uang untuk ongkos naik angkutan,”tambahnya.
Saat Idul Adha pun demikian dia membeli beberapa kilogram daging sapi untuk diberikan kepada jamaahnya, walaupun mereka mendapat zakat dari amil zakat dirasa jumlahnya tidak menyebar merata kesemua jamaahnya. (*)
Sumber : klikbontang.com
Komentar
Posting Komentar