Kisah Mualaf Bontang (3-habis); Butuh Perhatian Pemkot, Acara Pengajian Sering Patungan
Kisah Mualaf Bontang (3-habis); Butuh Perhatian Pemkot, Acara Pengajian Sering Patungan - Cemohaan dan penolakan dari keluarga atas sikap pindah agama ternyata hanya menjadi bagain kecil dari krikil tajam yang dijalani para mualaf. Masih banyak rintangan lain yang bisa saja menggoda iman para mualaf di Bontang.
Salah satunya adalah soal iming-iming untuk kembali ke agama sebelumnya dengan imbalan materi.
Inilah yang diungkapkan Muhammad A. Goenadi. Kata dia, sejauh ini sudah ada dua orang jamaahnya memutuskan untuk kembali ke agama sebelumnya karena faktor materi. Mereka (2 anggotanya-red) dimingi oleh oknum yang menggangu akidahnya. Mereka dijanjikan modal usaha jika kembali ke agama semula.
“Mereka di iming-imingi modal usaha asalkan mereka kembali memeluk agama semula,”ungkapnya.
Pihaknya tidak dapat berbuat banyak, pasalnya selama ini kepengurusan lembaga hanya bergantung dari dana swadaya para Jamaah Nurhidayah. Gangguan seperti itu kerap kali diterima oleh jamaahnya, apalagi ketika mereka dalam hidup dalam kondisi keuangan rendah. Menurutnya, hal ini tidak dapat dibiarkan berlaru-larut sebab faktor materi terkadang dengan mudah merubah akidah seseorang.
Bagi Acong, memutuskan untuk hijrah ke agama islam bukan perkara mudah, bukan hanya kendala materi yang harus dihadapi mereka. Tekanan dari lingkungan terkadang turut juga menambah bebanya. Namun itikad untuk berjuang di agama ini menguatkan akidahnya. Inilah resiko untuk dirinya, dengan keteguhan iman agar tetap istiqomah. Ia berharap keadaan kedepan jauh lebih baik.
“Kami terkadang dikucilkan keluarga, kesusahan materi dan masih banyak lagi. Namun kami tetap kokoh berdiri di agama ini,”tegasnya.
Ia melanjutkan sebagai negara yang didominasi islam seharusnya kesejahteraan mereka dapat terjamin, pasalnya agama islam sudah jelas mengajarkan untuk saling membantu antara umat islam.
Dia berharap DPRD Bontang dapat bekerja sama dengan dinas terkait dapat membantu meringankan beban mereka. Memberikan alokasi khusus dana untuk pembinaan kepada mereka, sehingga pembinaan dan pendampingan jauh lebih optimal.
Acong juga menyoal peran pemerintah yang kurang memerhatikan keberadaan mereka, menurutnya seharusnya pemerintah dapat memfasilitasi mereka dengan menghadirkan guru agama untuk praktek shalat dan mengaji. Dan ia mempertanyakan peran lemabaga islam laiinya. Secara jelas diatur bahwa islam menyarankan untuk saling memberi kepada saudaranya, hal itu tidak hanya sebatas dalam momen sesaat seperti zakat fitrah. Namun secara berkala dan terus menurus hingga para mualaf mampu untuk berjuang secara mandiri.
“Seharusnya lembaga islam memberikan bantuan kepada para mualaf, baik dalam pembinaan dan juga materi. Itu jelas dalam Al Qur’an surah Al-Mâidah/5:2 agar umat muslim diperintahkan saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan,” bebernya. (*)
Sumber : Klikbontang.com
Komentar
Posting Komentar