Warga Bontang yang Berpuasa di Luar Negeri (2); Antusias Bukber, Kangen Es Cendol
Warga Bontang yang Berpuasa di Luar Negeri (2); Antusias Bukber, Kangen Es Cendol - Cahyadi Asriyadi boleh jadi menjadi salah satu umat muslim di Jepang yang tidak perlu was-was menjalankan ibadah puasa. Berbeda dengan China, di Jepang, nilai toleransi antar umat masih lebih baik.
Saat diwawancari melalui whatsupmessanger Adi-sapaan akrabnya mengatakan, di Jepang memang tidak ada larangan bagi umat Muslim untuk berpuasa. Hanya saja saja, ada kebiasaan orang Jepang yang justru menjadi tantangan bagi umat Muslim untuk menjalankan puasa.
“Ya sejauh ini tidak ada hal-hal yang aneh dalam berpuasa di Jepang. Tetapi jangan harap, mereka orang Jepang akan makan sambil bersembunyi-sembunyi. Ini yang kadang saya rasakan kasihan pada anak saya yang saat ini tengah belajar berpuasa. Karena teman-temannya tidak puasa,” jelasnya.
Kata Adi, di Jepang banyak warga non Muslim yang sedikit tercengang dengan ibadah puasa. Dimana kata Adi, orang Jepang kebanyakan tidak menyangka dengan orang muslim yang bisa menahan lapar dan haus selama waktu tertentu.
“Ya mereka mungkin hanya tidak habis pikir, kok bisa umat muslim menahan makan dan minum bisa bertahan sampai pada waktunya,” jelasnya.
Kembali ke suasana puasa di Jepang, Adi mengaku saat ini yang bisa membawa suasana puasa ala Indonesia adalah reuni warga Indonesia dalam acara buka bersama atau pun salat terawih berjamaah. Biasanya kata dia, untuk mengobati rasa kangen dengan tanah air, umat muslim asal Indonesia sering mengadakan acara buka bersama (bukber).
“Kadang bukbernya bisa warung Indonesia dan bisa juga di rumah teman. Kadang moment gini yang dikangeni. Soalnya bisa nikmati es cendol,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan bukber itu kata Adi, terlebih dahulu mereka akan membuat janjian. Pasalnya, kebanyakan warga negera Indonesia berdomisili saling berjauhan. “Soalnya semua berjauhan dan juga perusahaan Jepang kan berbeda dengan perusahaan Indonesia. Tidak ada belas kasih untuk yang berpuasa. Jadi saya bersyukur karena di sini saya bergerak di perusahaan sendiri,” ujarnya.
Sedangkan untuk salat terawih, biasanya dia atauun WNI lainnya bisa menunaikan di Masji Cibune Osaka. Masjid yang dikelola oleh orang Pakistan. “Kalau dari rumah saya naik mobil lewat tol sekitar 30 menit. Jamaahnya kurang lebih 50-100 orang,” pungkasnya. (*)
Sumber : Klikbontang.com
Komentar
Posting Komentar