Beras Basah, Segajah, Bintang Laut dan Bulu Babi

Saat langkah kaki semakin jauh, menapaki setapak bumi Allah yang lain adalah pasti. Meski setapak demi setapak, setidaknya aku tidak diam kawan. Raga  yang semakin jauh dari rumah bukan berarti aku lupa untuk pulang. Selalu saja ada rindu pada  cerita setiap perjalanan, karena ada hikmah dibalik setiap cerita. Seperti ceritaku, ceritamu dan cerita kami. Tentang perjalanan, tentang cita dan tentang cinta. Tentang alam, tentang Tuhan, tentang manusia. Tentang sahabat, keluarga dan tentang kerabat.”(Lathifah Ratih)

Beras Basah
Mungkin banyak yang penasaran dengan dua kata yang tidak Asing ditelinga “Beras Basah”, yang berarti beras yang tidak kering atau basah karena terkena air atau benda cair. Bukan,..... bukan itu yang aku Maksud kawan, beras basah yang aku maksud kali ini berbeda. Mungkin banyak yang belum tahu kalau beras basah itu adalah nama dari sebuah pulau di Kalimantann Timur, tepatnya diwilayah Bontang. Pulau beras basah yang dulunya hanya menjadi tempat rekreasi terbatas yang diperuntukkan karyawan dan keluarga karyawan perusahaan Gas yang berkedudukan di Bontang, seiring berjalannya waktu lambat laun semakin banyak dikunjungi masyarakaat lokal maupun dari luar Bontang. Keindahannya tidak di ragukan lagi, selain disuguhi dengan keindahan pantai, pasir yang putih, mercusuar yang menjulang tinggi dan pemandangan bawah laut yang menakjubkan, sensai perjalanan yang ditawarkan untuk sampai ke pulau Beras Basah juga tidak kalah serunya. Jalan yang berliku, mendaki  meliuk bagai ular serta menurun terjal seakan naik roller Coaster yang kadang harusmembuatku berteriak histeris karena trauma masa lalu.
Beras Basah Island, Bontang

Untuk mencapai Pulau beras Basah dari Kota Balikpapan, tidak butuh biaya hingga jutaan Rupiah. Berhubung perjalanan kali ini bersama rombongan backpakers Balikpapan dan gabungan Backpakers Samarinda yang berjumlah keseluruhan kurang lebih 54 orang, untuk itu mengenai biaya transport darat dan laut dari kota Balikpapan sampai tujuan dan kembali lagi hanya Rp. 250.000,-/org, akan tetapi belum termasuk konsumsi selama dua hari  satu malah (2D 1N). Rute dan waktu tempuh yang relatif lama namun tidak membuat bosan kami lalui dengan diiringi candaan dan nyanyian yang cukup menghibur dan kadang mengocok perut.
Menikmati pemandangan Pulau Beras Basah


Perjalanan dimulai dari penjemputan peserta pada empat titik di wilayah Kota Balikpapan dan satu titik di Kota Samarinda. Empat titik di Kota Balikpapan yang dimaksudkan diantaranya, titik pertama Gedung Keuangan di Jl. Jend. A.Yani, kedua Terminal Balikpapan Permai, ketiga Bandara Sepinggan Balikpapan dan Jalan Soekarno Hatta KM. 5, sedangkan satu titik di Kota Samarinda yakni di Kompi C (dengar – dengar namanya itu) . Waktu tempu dari Kota Balikpapak ke Samarinda kurang Lebih 3 jam dan waktu tempuh dari Kota Samarinda ke Kota Bontang hingga di pelabuhan Tanjung Laut juga kurang lebih 3 jam. Sedangkan untuk mencapai Pulau Beras basah dari pelabuhan, dibutuhkan waktu Kurang lebih 45 menit.
 
Busnya ngambek di Kilo sebelum Bukit Soeharto

Meski perjalanan kami sempat terhenti beberapa menit karena something happen pada bus yang kami tumpangi, akan tetapi alhamdulillah pak sopir yang dan kerneknya yang super berhasil menuntaskan masalah yang membuat si bus sempat ngambek dan galau #eh. Setelah menjemput rombongan terakhir yang berjumlah empat orang yang beranggotakan gadis – gadis manis semua, sang bus yang sempat galaupun melenggang cantik menuju tujuan. Namun lagi – lagi kami harus berhenti di tengah perjalanan dua kali sebelum tiba di pelabuhan, yakni saat mengisi BBM (bukan BlackBerry Massanger loh yah) dan singgah sejenak melepas penat dan menjalankan kewajiban yang beragama Islam.
Melepas Penat sejenak di Pondok Alam
 
Pondok Alam
Sampai juga akhirnya di Pelabuhan
sebelum menyebrang ke Pulau Beras Basah
Yuuukkk, Foto Bareng Balikpapan Crews

Ba’da ashar kami akhirnya tiba di Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang, setelah sebelumnya mengambil pesanan makanan dan minuman untuk menu makan siang dan persediaan untuk makan malam dan minuman selama kami di pulau. Di pulau Beras basah inilah kami melalui senja, menghabiskan malam dengan berbagai kegiatan yang berkesan. Mulai dari memasang tenda, menata logistik, makan malam bersama, berkenalan satu sama lain, bernyanyi dengan diiringi petikan gitar dibawah cahaya bulan, bercanda, bermain uno, bertukar cerita, bermain ayunan dan menerbangkan lampion serta banyak hal yang takkan terlupa selamanya. 
Mendirikan Tenda
Malam perkenalan, berkenalan dengan Arya juga dari Samarinda Backpakers
Menerbangkan Lampion dibawah cahaya Bulan

Ada beberapa hal yang harus menjadi point penting yang harus diperhatikan dan di persiapkan sebelum berkunjung ke pulau ini dengan matang, diantaranya membawa persediaan air minum dan air bersih yang cukup serta tempat untuk menginap (tenda dan semacamnya). Alasan utama adalah karena air bersih tidak di sediakan di pulau ini, ada, akan tetapi terhitung harus membeli seharga Rp. 5.000,- untuk satu jergen ukuran lima liter.
Yang lagi pada enjoy menikmati angin pantai
Pengunjung lain yang di hempas ombak, sangat menikmati
Berpose dibawah mercusuar itu sesuatu
  

Segajah, Bintang Laut dan Bulu Babi


Gajah tau? Kalau “iya”, Berarti tahu dong bagaimana besarnya Gajah? Kali ini aku tidak mau membahas binatang, tapi membahas pulau yang menurut cerita saat pasang hanya akan terlihat sebesar gajah, karena itu disebut pulau “Segajah”. Letak pulau segajah juga masih berada di selat Makassar di wilayah Bontang, Kalimantan Timur. Jarak Pulau segajah dari Pulau Beras Basah dapat ditempuh dengan menggunakan perahu atau speedboat. Karena sebuah insiden yang menimpa salah seorang teman saat berenang di pulau Berasa Basah, terpaksa jumlah anggota rombongan kami menjadi berkurang dua orang dari jumlah sebelumnya saat kami tiba. 
 
Pulau Segajah, dangkal dan Jernih

Dengan menumpangi dua buah perahu, dua rombongan yang menyatu sampai di pulau Segajah setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit. Pulau ini juga tidak kalah indahnya dari pulau beras basah. Jika pulau beras basah mempunyai fasilitas mercusuar, mushollah, rumah dan pedagang, berbeda halnya dengan pulau segajah, jangankan fasilitas itu, pohon kelapa sepohonpun tidak akan kita jumpai disana, tapi menjadi nilai tambah adalah ratusan Bintang Laut yang menghiasi tepi pulau serta terumbu karang yang dikembangbiakkan sangat dangkal sehingga rombongan yang tidak bisa berenang pun bisa menikmati keindahan terumbukarang mahluk bawah laut tanpa harus takut kelelep atau tenggelam.
Bintang Laut yang bertebaran di sepanjang pantai, mungut 1 untuk foto ahh...
 Bulu babi, dia tidak berbulu akan tetapi berduri, entah mengapa dinamakan bulu babi. Bentuknya lucu mirip landak akan tetapi sangat nenyakitkan saat terkena tusukannya. Aku tidak membencinya karena duri – duri tajam yang melindunginya menusuk tepat pada jari kaki kiriku, aku yang salah karena tidak sengaja menginjaknya karena air yang menjadi keruh menutupi penglihatanku sehingga mengganggu kedamaiannya yang sedang bersua dengan kelompok kecilnya. Meski tidak banyak tusukannya, akan tetapi sakitnya luar biasa sampai ke ubun – ubun. Pertolongan pertama dilakukan dari salah seorang anggota kelompok pencinta atau peduli terumbukarang (kalau tidak salah sih itu namanya). Setelah mengeluarkana darah dan racunnya dari jari kakiku dengan menggunakan minyak kayu putih, rasa nyeri sedikit lebih berkurang. Tiba – tiba terpikir olehku teman yang mendapat insiden di pulau beras basah, jika hanya ditusuk duri bulu babi sekecil itu luar biasa sakitnya, bagaimana sakitnya dengan luka yang teman kami alami di pulau beras basah? Sudah pasti lebih dari itu?  Berarti saya harus lebih bersyukur. 
Bintang laut jugaaa,,,  ^_^


Ada Cinta di setiap Perjalanan

Berjalan dipinggir pantai sambil menghitung buih sebelum kemudian hilang tersapu obak
Sudah menjadi hukum pasti di setiap perjalanan ada cerita, cerita cinta misalnya. Ada yang diam – diam suka, ada yang diam – diam mengagumi, ada yang menikmati perjalanan, dan bukan tidak mungkin ada yang tiba – tiba mencintai, dan juga selalu ada aku yang mengamati.

Bukan salah siapa -  siapa saat rasa tiba – tiba harus ada di tengah perjalanan. Jangan salahkan hati yang tiba – tiba menyukai dan mengagumi. Untuk apa di ciptakan rasa jika hanya hampa, dan untuk apa diciptakan hati jika hanya selalu dibuat menderita karena luka.. so enjoy your trip, Fokus to your destinations, make your dreams happen. Belajar, berusaha, berdoa. Mengagumi, memuji dan menjaga setiap ciptaan Allah yang dititipkan pada kita, bumi yang luas serta langit yang tidak berujung, terkhusus Indonesia yang sangat indah dan kaya #Salam_Petualang. Salam blogger.

Ballikpapan, 24 September 2013

Lathifah Ratih
http://ratihabdulrazak.blogspot.co.id/2013/09/beras-basah-segajah-bintang-laut-dan.html
Lathifah Ratih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Proposal Bisnis Kontrakan dan Koskosan

Scuto Nano Ceramic Coating

Benarkah Dinda Meilandary Pemilik Asli Akun Facebook Ina Si Nononk